Reshuffle Kabinet Jilid II, 10 Kementerian Layak Ganti demi Nawacita

 
Reshuffle kabinet yang konon katanya jilid ke dua, sepertinya bakal serius dilakukan oleh Presiden RI, Joko Widodo. Seperti dalam serial Ko Ping Ho yang berseri banyak, kali ini Presiden pun seperti itu. Apakah ini bentuk kegalauan? Oh tentu tidak, karena Presiden selalu memiliki pertimbangan yang matang sematang mematangkan Blok Masela di darat.

Toh, namanya manusia pasti bawaannya "Kepo", jika hak Tuhan saja manusia kepo-nya sampai pergi ke dukun, apalagi hak Presiden yang notabenenya manusia biasa. Terutama setelah mendapat pesan dari grup WhatsApp tentang rumor reshuffle Kabinet kemarin malam. Nah, berikut ini sedikit kekepoan hasil utak atik gathuk.

1. Menteri ESDM. Inilah Kementerian yang menduduki peringkat satu kategori kegaduhan. Gaduh Freeport, gaduh Blok Masela, lalu akan gaduh lagi yaitu Natuna. Sudirman Said sudah seharusnya dinilai tidak bisa meredam kegaduhan, ocehan Rizal Ramli secara enggak penting pun ditanggapi, SS seakan selalu ingin tampil bak pahlawan tapi sayangnya, kurang elegan.

Berbagai nama muncul di benak, tapi di grup justru menyebut nama Pramono Anung, what? Awalnya pun kurang yakin, tapi setelah mengecek kembali latar belakangnya akhirnya bisa paham.

PA adalah alumni ITB jurusan pertambangan, akrab dengan energi dan menjadi direktur dan komisaris beberapa perusahaan energi. 

Pertimbangan lain ialah beliau kader militan loyalis moncong putih, jadi secara profesional beliau masih masuk, secara partai apalagi. Lainnya secara style, linguistik dan etika PA cukup strategis untuk posisi-posisi krusial.

2.  Menko Maritim, Rizal Ramli memang berhasil. Jurus perkutut ngepret-nya sukses buat SS takluk. Masukan soal Blok Masela diterima oleh Presiden, kepretan ke Pelindo pun sukses. Tapi bukan itu, kegaduhan kabinet ini hampir semua dimulai dari dirinya, memang kabinet butuh tokoh revolusioner, tapi tetap harus memakai strategi.

Strategi Sun Tzu yang dipakai Presiden 'mengalahkan musuh tanpa bertempur' jelas tidak cocok dengannya. Toh fokus 'kemaritiman' sudah luntur, RR bisa ke mana saja, dari sini amat potensial untuk diganti. RR lebih cocok menjadi staff ahli.

Kandidat pengganti RR pertama jelas Susi Pudjiastuti. SP adalah salah satu menteri dengan raport hijau, salah satu dari sedikit menteri yang hanya berpikir kerja. Tanpa tedeng aling-aling dan berkoar-koar, Boom! Kapal ilegal di hancurkan, semangatnya untuk kedaulatan maritim patut diperhitungkan. Dan, akar rumput soal kemaritiman jelas teruji. Inilah sebabnya SP sangat layak naik pangkat.

3.  Menteri BUMN, Rini Soemarno sejak awal sudah dilabeli "big no" oleh netizen. Dan alasan kenapa RS diganti tampaknya adalah alasan politis dari PDIP. Seharusnya Presiden jengah dengan isu internal RS dengan PDIP, apalagi yang dipegang sekelas BUMN. BUMN adalah pendukung utama Nawacita Presiden untuk Infrastruktur, tidak boleh ada kegaduhan disitu.

Ada dua orang hebat yang bisa menduduki kursi panas ini. Pertama adalah kembalinya Dahlan Iskan dan kedua adalah Dirut Pertamina Dwi Soetjipto. DS jangan tanya kiprahnya di Semen Indonesia dan di Pertamina sebagai BUMN pencetak laba terbesar. Dua orang visioner dan gila kerja yang masih menjadi harapan bagi BUMN kedepan.

4. Menteri Perhubungan, seperti Fernando Torres yang gagal setelah pindah dari liga Spanyol ke liga Inggris, Ignasius Jonan sepertinya tidak bisa melanjutkan kesuksesan kiprahnya dikala menjadi Dirut PT KAI, padahal ini salah satu menteri terpopuler waktu 2014 lalu.

Dari mulai mundurnya Djoko Santoso Dirjen Perhubungan Darat yang tampak konyol, hingga masalah transportasi online yang justru berakhir kerusuhan supir taksi. Ig Jonan seperti mati kutu untuk memberesi Jakarta, apalagi Indonesia.

Kandidat yang muncul adalah Budi Karya Sumadi, kiprah BKS di JAKPRO sewaktu membantu Presiden Jokowi yang waktu itu masih sebagai Gubernur DKI pasti diperhitungkan. Waduk Ria-Rio, Waduk Pluit, Taman Lansia hingga Rusunawa.

Ada dua posisi yang cocok: Menteri Perhubungan atau Menteri PU. Dengan kapasitasnya, baginya menteri hanya soal waktu.

5. Menteri Kelautan dan perikanan, untuk posisi yang ditinggalkan dari Bu Susi harus ada penggantinya, Arief Satria mungkin nama yang cocok. Kiprahnya dalam bidang Kelautan dan Perikanan cukup moncer sebagai Dewan Kelautan Indonesia dan juga Dekan Ekologi IPB.
AS merupakan pendukung setia kebijakan SP pada peraturan menteri nomor 56/2014 dan 57/2014 tentang Moratorium izin kapal eks asing dan pelarangan transshipment.

6. Menteri Pertahanan, tidak ada alasan yang spesifik sebetulnya, kecuali Ryamizard Ryacudu sudah sepuh, praktis tidak ada kebijakan yang greget. Hanya usulan soal bela Negara, kecaman LGBT dan menolak ngotot belanja alutsista. Sisanya hanya konferensi pers terkait jatuhnya pesawat Super Tucano dan juga Helikopter TNI Bell 412.

Presiden butuh greget di bidang pertahanan. Dan cukup terkejut ketika ada nama Jaleswari Pramodhawardani. JP memang terkenal sebagai peneliti LIPI dan juga pengamat pertahanan yang kritis, masih cukup muda, enerjik dan punya keberanian.

Tapi ini dunia laki-laki, setidaknya untuk daerah Pertahanan Negara. Opsi lain yaitu Mayjen TB Hasanuddin atau Jenderal Moeldoko.

7. Menteri Pemuda & Olahraga, pasti banyak yang setuju ketika Imam Nahrowi diganti, ya jelas selama menjabat hampir tidak ada kebijakan yang (lagi-lagi) greget. Kegagalan PSSI, bahkan kaburnya La Nyalla menjadi catatan buruk IN.

Satu-satunya hiburan dari IN adalah majunya Rio Haryanto ke pentas F1 dunia, itupun lebih banyak dari usaha Rio sendiri ketimbang dukungan dari IN. Bulutangkis? Lagi-lagi karena kemampuan personal, bukan lahir dari kebijakan dan tindakan IN

Penggantinya? Siapa lagi kalau bukan Eric Thohir, sudah bukan rahasia umum kalau ET memang berambisi dalam bidang olahraga, dan selama ini memang positif.

Dengan kekayaannya, ET membeli saham Intermilan FC yang membuat banyak pesepakbola junior kita yang bisa berlatih di Italia. Belum lagi adanya lambang Garuda Indonesia di tribun Liverpool yang di tengarai adalah ide dari ET. You’ll Never Walk Alone!

8. Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, berbicara posisi ini sungguh rasanya sulit, takutnya justru membuat manuver berbahaya yang berujung pada tertutupnya sikap elit partai (baca: ngambek). Tapi kok ya tidak terlihat bahwa posisi Puan Maharani bisa dipertahankan.

Tidak ada satupun kebijakan dari PM yang bisa dibanggakan, padahal kementerian ini dulunya bernama Kementerian Kesejahteraan Rakyat. Kementerian yang mengurusi hal krusial yaitu indeks kesejahteraan. Tapi ini sama sekali tidak terdengar gaungnya kecuali celetukan soal “diet”.

Nama Dien Syamsudin muncul, ini wacana lama ketika 2014 lalu, bisa jadi Dien masuk lagi, atau justru Muhaimin Iskandar. Namun pribadi sendiri masih mengharap CT bisa maju lagi sebagai Menteri di posisi ini.

9. Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly sudah bukan rumor lagi akan diganti. Minim prestasi, blunder soal kepengurusan Golkar dan PPP, penghapusan pembatasan hak remisi napi korupsi, menyanggah Keppres Bambang Widodo sebagai Dirjen Imigrasi, tidak satu suara soal revisi UU KPK dan beragam tuntutan masyarakat agar diganti semakin kencang. Dan saat ini mungkin saat yang tepat bagi Presiden untuk mengganti.

Sebetulnya ada dua nama pengganti, yang pertama adalah Yusril Ihza Mahendra dan yang kedua adalah Saldi Isra, si penerima Bung Hatta award. Tapi karena nama pertama lebih memilih posisi yang lebih strategis, maka nama kedua menjadi pilihan.

10. Menteri Perindustrian, Saleh Husin menghadapi tantangan berat karena kondisi ekonomi yang menurun, tapi siapa yang peduli? Satu hal, kurang cepat. SH dinilai kurang cepat dan tanggap dalam inovasi menahan perusahaan yang kolaps atau kabur dari Indonesia. Indeks Pertumbuhan Industri masih dibawah indeks pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Penggantinya, menurut sumber adalah Sutrisno Bachir ataupun Emirsyah Satar. Kalau dari hasil poling amatir, nama kedua adalah favorit. Aksinya yang heroik ketika turnaround Garuda Indonesia, lalu menaikkan pamor Mataharimall.com patut ditunggu.

Masih ada nama lain seperti Darmin Nasution atau Sofyan Djalil. Dua nama di bidang perekonomian yang terlalu senior sehingga miskin inovasi. Tapi belakangan, kekompakan mereka pada kebijakan menurunkan bunga pinjaman bisa dinilai sebuah prestasi.

Bank yang selama ini dimanja dengan bunga tinggi bisa dipaksa memangkas suku bunganya. DN yang memang berideologi bunga rendah patut dipertahankan, karena bunga rendah akan menyebabkan inflasi bisa ditekan dan ekonomi mulai kembali bergairah, caranya dengan menjaga kestabilan harga, efisiensi dan meningkatkan produksi (ini kalau happy ending).

Bagaimana menteri yang lain? Di grup WhatsApp beredar pula nama-nama lain, tapi sepertinya hanya 10 besar itu yang paling potensial di rombak, selebihnya masih bisa di push seperti Menkeu Bambang Brodjonegoro.

BB masih ada celah untuk dipertahankan karena BB telah 'ikhlas' mendukung teori ekonomi 'bunga rendah' ala DN diatas. Amat sayang jika point krusial seperti keuangan harus diganti dengan orang yang berpandangan sebaliknya ditengah jalan.

Itulah 10 menteri menurut kami yang memang pantas diganti, yang tentu saja jauh dari validitas. Tapi setidaknya tidak semua rumor dari sosial media harus kita telan mentah-mentah. Alangkah asyik jika bisa dianalisa lebih dahulu.

Nah, menurut anda, siapa lagi menteri yang layak diganti? Dan siapa penggantinya?

1 komentar:

  1. Setuju dengan analisanya mas brow, tmbahan mgkin mentri agama jg prlu diganti ya

    BalasHapus